Penulis : Riana Afifah | Jumat, 7 Desember
2012 | 16:58 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -
Dalam perubahan kurikulum baru yang akan diterapkan pada Juni 2013 nanti,
jenjang pendidikan dasar terus menjadi sorotan karena perombakan yang dilakukan
cukup besar. Padahal perubahan besar juga terjadi pada struktur kurikulum
pendidikan menengah.
Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hamid Muhammad, mengatakan
bahwa penjurusan pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) sudah bukan menjadi
pilihan lagi. Untuk itu, ada dua alternatif yang ditawarkan pada kurikulum baru
untuk metode pembelajaran tingkat SMA.
"Yang jelas penjurusan
nampaknya sudah bukan opsi lagi. Pilihannya sekarang adalah kelompok peminatan
atau nonpenjurusan sama sekali," kata Hamid, di Jakarta, Jumat
(7/12/2012).
Dari dua pilihan tersebut, Hamid
menuturkan bahwa pilihan cenderung mengarah pada kelompok peminatan. Bentuk
kelompok peminatan ini sendiri sebenarnya merupakan kombinasi antara penjurusan
dan non penjurusan. Pasalnya, bagi siswa yang masuk kelompok peminatan IPA
tetap diperbolehkan mengambil mata pelajaran di luar kelompok peminatan
tersebut.
"Jadi dengan kelompok
peminatan ini, yang suka IPA memilih kelompok IPA tapi tetap boleh ambil
mata pelajaran dari kelompok peminatan lain. Komposisinya tetap diatur nanti.
Yang pasti untuk kelompok IPA, mata pelajaran pada kelompok itu harus lebih
banyak," jelas Hamid.
Untuk masalah teknis pelaksanaan,
ada dua opsi yang sedang dibahas yaitu menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS)
atau tetap dengan sistem jam pelajaran seperti sekarang. Namun yang pasti
sistem moving class akan diberlakukan bagi anak-anak SMA mengingat terbukanya
peluang untuk memilih mata pelajaran yang disukainya.
"Nah mulai dari kelas berapa
juga masih dibahas. Ada yang minta dari kelas X. Jadi saat kelas IX, guru BK
harus bekerja ekstra untuk mengarahkan anak pada minatnya. Tapi semua ini akan
diperhatikan dari hasil uji publik juga," tandasnya.
0 comments:
Post a Comment